Kaum Urban Berhak untuk Kehidupan Layak
Upah kerja yang tinggi, kesempatan kerja luas, sarana pendidikan dan kesehatan serba lengkap, merupakan daya tarik penduduk desa untuk pindah ke kota yang disebut urbanisasi. Pengertian urbanisasi itu sendiri memiliki konotasi luas karena menyangkut segi-segi; pertumbuhan kota, pertambahan penduduk, fertilasi, mobilisasi, dan migrasi dengan segala dampaknya.
Kondisi di desa sangatlah minim, lahan pertanian semakin sempit, lapangan kerja terbatas, penguasaan tanah oleh orang kota, gencarnya pemerintah menerapkan intensifikasi, mekanisasi dan ekstensifikasi ikut menambah tingginya angka pengangguran. Kesemuanya itu menjadi faktor pendorong perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat selalu menanggap kaum urban sebagai golongan rendah, tidak berbudaya, dan sumber keonaran belaka sehingga tanggapan terhadap mereka selalu disertai kecurigaan. Permasa- lahan kaum urban di Jakarta sangat kompleks dan multifaset karena menyangkut berbagai macam segi: religi, sosial, pendidikan, penghunian, daya dukung lahan, kesehatan, dan ekonomi.
Oleh karena itu, dalam penyelesaiannya harus dilibatkan semua unsur, terutama kemauan politik dari pemerintah. Dampak dari urbanisasi bersifat destruktif, tetapi di samping itu juga ada segi-segi konstruktifnya. Mereka berhasil menjadi penyumbang pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, meskipun mereka tidak mendapatkan imbal balik yang sepadan.
Clinard dalam bukunya Slums and Community Development mengatakan bahwa kaum urban strata bawah merupakan kelompok masyarakat yang secara sosial dicampakkan, secara budaya dihina, secara ekonomi diperas, secara politik dimanfaatkan, dan oleh masyarakat yang telah mapan mereka ditekan. Budaya kaum urban bisa ditandai dengan tiga cirinya yang khas yaitu, perilaku menyimpang (deviant behavior), budaya permukiman kumuh (culture of the slums), apatisme dan keterasingan sosial (apathy and social isolation).
Perilaku menyimpang dikaitkan dengan vandalisme, prostitusi, premanisme, dan tindak kekerasan lainnya. Budaya keluarga sedesa, hidup di tepi bantaran sungai untuk sanitasi, tanpa kehidupan privacy, dan memiliki solidaritas spontan yang tinggi.
Pemimpin bagi mereka adalah orang yang berbadan kekar, berotot, kasar, dan mampu melindungi secara fisik. Kaum urban tidak mengenal martabat hidup, hakikat hidup, dan lingkungan hidup. Bagi mereka yang penting yaitu, bagaimana agar besok masih bisa hidup. Mereka jangankan memiliki tabungan, simpanan makanan untuk hari besok juga tidak punya.
Apatisme dan keterasingan sosial dikarenakan tekanan dan kecurigaan terhadap dunia luar dan tidak ada kesempatan mengungkapkan pendapat, tidak menikmati sarana kesehatan dan pendidikan, bahkan jaminan keamanan dari aparat pemerintah pun dirasa tidak ada. Adapun bayangan yang selalu menghantui hidupnya adalah penggusuran, pengusiran, pengejaran, pembongkaran, dan pembakaran.
Mereka harus kerja keras sepanjang hayat, pola kerja dan masa depan tidak menentu menjadikan ketidakstabilan dalam pembinaan hidup keluarga. Kehidupan miskin dan papa bagaikan makhluk hidup yang melata ke seluruh sudut kota, mengais sampah dalam teriknya panas Matahari dan merasakan dinginnya udara malam dalam gubuk-gubuk yang beratapkan langit biru.
Mereka tidak memiliki sarana untuk berkomunikasi dan kekuatan dalam memperdengarkan suara hati nurani, seakan-akan tidak berdaya mengubah nasib dalam hidup ini. Budaya desa yang sejak kecil diajarkan bahwa kehidupan ini adalah takdir, maka mereka yang berhasil dianggap sebagai anugerah Tuhan dan bukan dari hasil kerja usaha.
Kaum urban secara sosial, ekonomi, budaya, dan politik lamban serta sukar berintegrasi dengan tuntutan masyarakat kota yang serba dinamis, menjadikan kondisi hidup tetap sama dari masa ke masa. Kemungkinan bisa terjadi bahwa kondisi seperti tersebut memang sengaja dibuat oleh kelompok tertentu agar di suatu saat nanti bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya.
Apakah mereka akan dibiarkan begitu selamanya, apa sebaiknya digusur saja atau dicoba lagi dilakukan pendekatan lain yang lebih manusiawi karena mereka warga negara Indonesia yang juga berhak untuk ikut menikmati kehidupan layak. :)
KODE PPC ANDA![Digg](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/digg.gif)
![Technorati](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/technorati.gif)
![del.icio.us](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/delicious.gif)
![Stumbleupon](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/stumbleupon.gif)
![Reddit](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/reddit.gif)
![Blinklist](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/blink.gif)
![Furl](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/furl.gif)
![Spurl](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/spurl.gif)
![Yahoo](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/yahoo.gif)
![Simpy](http://i191.photobucket.com/albums/z76/tipsfornewbloggers/simpy.gif)
Posting Komentar